Thursday, March 4, 2010

Jangan khianat kepada Allah dan Rasulnya

(سورة الأنفال)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٧) وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (٢٨) يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٢٩)
[Surah Al-Anfaal 8:27-29]

Terjemahan:

(27)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.

(28)
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah fitnah (sebagai cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.

(29)
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan, dan menghapuskan segala kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.

Sebab Turun Ayat:

Diriwayatkan bahwa Abu Sofyan keluar dari kota Mekah. Biasanya tujuan keluarnya adalah untuk memusuhi Nabi Muhammad (sallallahu alayhi wasalam) dan orang-orang mukmin. Allah SWT maklumkan ini kepada Nabi (sallallahu alayhi wasalam) dan di mana Abu Sofyan berada. Salah seorang munafiqin menulis surat kepada Abi Sofyan yang antara lain kandungannya: Sesungguhnya Muhammad sedang mencari kamu, olih sebab itu waspada dan berhati-hatilah kamu. Untuk itulah maka turun ayat ini.

Dan banyak riwayat lain lain tentang sebab turun ayat di atas, antara lain: Tentang Abu Lubabah Bin Abdul Mundzir, tentang pembunuhan Othman Bin Affan dan kisah Hatib Bin Abi Balta’ah.

Imam Ibnu Kathir berkata: Pandangan yang lebih tepat dan lebih sahih bahwa ayat ini bersifat umum, walaupun kita tidak nafikan bahwa ia diturunkan atas sebab-sebab tertentu. Khianat sangat umum maknanya mencakupi dosa besar dan kecil.

Tafsiran Ayat:

Janganlah kamu khianat kepada Allah dan Rasul (sallallahu alayhi wasalam).

Maksudnya: Janganlah kamu abaikan fardhu-fardhu (kewajiban) yang telah ditetapkannya, jangan kamu langgar batasan-batasanNya (larangan-laranganNya), jangan kamu bergelimang dosa-dosa yang telah dijelaskan di dalam kitabNya.

Adapun maksud: Jangan khianat kepada Rasul (Muhammad) ialah jangan kamu benci kepada penjelasan-penjelasan rasul terhadap Al-Quran karena kamu terlalu fanatik (ta’ashshub) dengan pandangan peribadimu (hawa nafsu) atau pendapat tuan-tuan gurumu, atau pendapat pemimpin-pemimpin kamu. Lalu kamu gantikan sunnah Rasul dengan sunnah nenek moyangmu atau pemimpin kamu, karena kononnya mereka lebih tahu tentang maksud Allah dan rasulNya.

Dan jangan (pula) kamu mengkhianati amanat-amanat.

Dan janganlah kamu mengkhianati amanat antara sesama kamu, apakah dalam soal kewangan ataupun kemasyarakatan. Menyebarkan rahasia adalah khianat. Lebih-lebih lagi rahasia suami isteri.

Baginda Rasul bersabda:
Sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat nanti ialah lelaki yang mencurahkan rahasianya kepada isterinya dan isterinya mencurahkan rahasianya kepada suaminya lalu dia sebarkan rahasia itu kepada orang lain.
(Hadis sahih riwayat Muslim)

Khianat adalah sifat orang-orang munafiq, sedangkan amanah adalah sifat orang-orang yang beriman.

Sedangkan kamu mengetahui

Maksudnya: Kamu mengetahui keburukan khianat dan pengharamannya olih Allah SWT dan betapa buruk akibatnya yang bakal menimpamu di dunia dan akhirat.

Atau dengan maksud lain: Kamu mengetahui bahwa apa yang kamu lakukan itu adalah khianat, karena sangat jelas kesan buruknya, walaupun tersembunyi hukumnya di sisimu.

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah

Fitnah harta dan anak sangat nyata, sedikitpun tidak tersembunyi bagi orang-orang yang berakal waras. Fitnah di sini artinya ujian (ikhtibar) iaitu Allah ingin menguji seseorang melalui harta dan anak yang dikurniakan kepadanya.

Harta biasanya menjadi ukuran kehidupan seseorang. Dengan memiliki harta, hidupnya lebih selesa. Dengan harta ia dapat memenuhi hajat dan keperluannya di samping juga dapat menghindarkan dirinya daripada perkara yang tidak diinginkan.

Atas sebab itulah manusia sanggup bersusah-payah demi mengumpul harta sebanyaknya.Agama telah menetapkan bahwa mencari rezki mestilah melalui sumber yang halal, dan di dalam harta tersebut ada bahagian yang mesti dikeluarkan untuk golongan-golongan tertentu.

Dan di sinilah terkadang-kadang terdapat manusia yang tidak lulus terhadap ujian Allah. Demi mencapai kehidupan yang mewah, dia sudah tidak lagi mau terikat dengan panduan agama. Dia tidak saring dari mana sumber rezkinya, dan dia tidak kira ke mana dia mempergunakannya. Padahal kelah pada hari kiamat akan ditanya:

Sabda Nabi (sallallahu alayhi wasalam):
Kedua kaki manusia tetap tidak dapat bergerak pada hari kiamat sehingga kepadanya ditanya empat perkara: Tentangumurnya ke mana ia habiskan, tentang masa mudanya ke mana dia pergunakan, tentang ilmunya apakah ia amalkan dan tentang hartanya darimana dia perolihi dan ke mana ia gunakan.

Adapun anak adalah fitnah, juga demikian. Cinta kepada anak sudah menjadi fitrah manusia. Atas sebab itu ibubapa sanggup berkorban apa saja demi kesejahteraan anak, walaupun kadang-kadang mesti mengorbankan harta, kesehatan dan rehat. Cinta yang keterlaluan kepada anak bolih mendorong ibubapa melakukan dosa, lalai mendidiknya, tidak dapat menegakkan keadilan, bakhil, meratapi lematiannya.

Kesimpulannya: Fitnah anak lebih besar dari fitnah harta karena orang tua sanggup mencari harta dari sumber haram dan mengambil hak orang lain demi menjaga kesejahteraan anak-anaknya.

Sungguh tepat sabda Nabi (sallallahu alayhi wasalam):
Anak adalah jantung hati, dia adalah punca kebodohan, punca kebakhilan dan dia juga punca kesedihan.
[Al-Maraghi 9/194]

Sesungguhnya di sisi Allah tersedia pahala yang besar.

Kita disuruh agar mengutamakan ganjaran yang ada di sisi Allah iaitu dengan mengikuti hukum-hakam agamaNya, baik yang bersangkutan dengan harta benda atau anak. Malah terkadang-kadang demi mencapai ganjaran tersebut kita terpaksa mengorbankan kepentingan anak dan sebahagian harta kita.

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan, dan menghapuskan segala kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar

Dalam ayat ini pula Allah berjanji akan memberikan empat perkara kepada orang yang bertaqwa kepadanya, iaitu:

(1)
Furqan iaitu kemampuan melihat ( نُوْرُ الْبًصِيْرَةِ ) untuk membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara yang benar dengan yang salah, antara yang baik dengan yang buruk, antara yang bermanfaat dengan yang mudarat. Atau dengan istilah lain: Dialah ilmu yang sahih dan hukum yang tepat. Menurut Ibnu Abbas, furqan mengandungi makna: jalan keluar dan pertolongan. Dan Mujahid pula menambah: Jalan keluar di dunia dan di akhirat. Dialah Al-Hikmah yang difirmankan olih Allah:
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi kurnia yang banyak. Dan hanya orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
(Al-Baqarah 2:269)

(2) dan (3) Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan mengampuni dosa-dosanya. Kedua-dua anugerah ini hampir sama pengertiannya. Menutup kesalahan maknanya mengampuni dosa-dosa kecilnya, sedangkan mengampuni dosa maknanya memaafkan dosa-dosa besarnya

(4)
Allah menyediakan untuknya ganjaran yang besar di akhirat nanti. Dan Allah mempunyai ganjaran yang besar.

-www.al-nidaa.com.my

No comments:

Followers